Jumat, 24 Oktober 2025

PCNU Sidoarjo Gelar Halaqoh Nasional Turots: Menghidupkan Tradisi Keilmuan Islam Klasik

Sidoarjo, Kamis — 16 Oktober 2025

Dalam upaya menghidupkan kembali tradisi keilmuan Islam klasik (turots), Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sidoarjo menggelar Halaqoh Nasional Turots pada Kamis, 16 Oktober 2025, bertempat di Sidoarjo. Acara dimulai pukul 12.30 WIB hingga selesai, dihadiri oleh para ulama, akademisi, dan penggiat keilmuan dari berbagai lembaga di bawah naungan Nahdlatul Ulama.

Halaqoh nasional ini menghadirkan narasumber terkemuka: Wakil Ketua PBNU KH. Zulfa Musthofa, Rois Syuriyah PCNU Sidoarjo KH. R. Abdussalam Mujib, Prof. Dr. Thohir, dan Prof. Dr. Wasith. Keempatnya memaparkan pandangan mendalam tentang posisi turots sebagai fondasi utama dalam menjaga kesinambungan tradisi intelektual Islam di tengah arus modernitas.


Pembukaan Penuh Khidmat

Acara dibuka secara resmi oleh Rois Syuriyah PCNU Sidoarjo, KH. R. Abdussalam Mujib, yang dalam sambutannya menegaskan pentingnya melestarikan turots sebagai identitas keilmuan Ahlussunnah wal Jamaah.
Menurut beliau, turots bukan sekadar warisan teks klasik, melainkan sistem berpikir, nilai moral, dan semangat intelektual para ulama yang harus terus diwariskan kepada generasi penerus.

Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan pembacaan doa oleh Rois Idarah Syu‘biyyah JATMAN Sidoarjo, KH. Nurkholis Misbah, yang memohon keberkahan, kelancaran, dan kemanfaatan majelis ilmu tersebut. Suasana halaqoh terasa penuh khidmat dan kehangatan, menandai keseriusan peserta dalam menyimak setiap pemaparan.


Menggali Makna dan Relevansi Turots

Dalam sesi utama, KH. Zulfa Musthofa menekankan bahwa revitalisasi turots harus dilakukan secara ilmiah dengan tetap menjaga otoritas sanad keilmuan.

“Membaca turots bukan sekadar memahami teks, tapi juga menelusuri sanad, menghayati konteks, dan meneladani akhlak para ulama yang menulisnya,” ujar KH. Zulfa.

Sementara itu, Prof. Dr. Thohir dan Prof. Dr. Wasith menyoroti pentingnya mengintegrasikan turots dalam pendidikan modern agar nilai-nilai Islam klasik tetap relevan dan membumi di era digital. Keduanya menilai pesantren dan perguruan tinggi perlu saling berkolaborasi untuk memperkaya khazanah keilmuan Islam kontemporer.


Sinergi Ulama dan Akademisi

Halaqoh Nasional Turots ini menjadi ruang bertemunya ulama pesantren dan kalangan akademisi dalam semangat kolaborasi intelektual. Diskusi berlangsung interaktif, dengan peserta dari berbagai unsur — mulai dari jajaran PCNU, MWCNU, lembaga pendidikan, hingga perwakilan santri dan mahasiswa.

Kegiatan ini menegaskan peran PCNU Sidoarjo sebagai motor penggerak dalam menjaga warisan keilmuan Islam dan menumbuhkan kesadaran generasi muda terhadap pentingnya turots sebagai sumber nilai, hikmah, dan arah berpikir keislaman yang moderat.



Penutup

Acara ditutup dengan harapan agar Halaqoh Nasional Turots menjadi agenda berkelanjutan yang memperkuat jaringan keilmuan di lingkungan Nahdlatul Ulama, khususnya di Kabupaten Sidoarjo.

Dengan pembukaan oleh KH. R. Abdussalam Mujib dan doa penutup dari KH. Nurkholis Misbah, majelis ini menjadi momentum spiritual dan intelektual untuk terus merawat khazanah salaf, meneguhkan jalan Ahlussunnah wal Jamaah.

Jam'iyyah Ahlit Thoriqoh Al Mu'tabaroh An Nahdliyyah Syu'biyah Sidoarjo

Author & Editor

Idarah Syu'biyyah Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah Kabupaten Sidoarjo

0 komentar:

Posting Komentar